DENPASAR (terasbalinews.com). Kampanye politik idealnya bukanlah semata-mata pertunjukan atau trik politik belaka. Hal ini diungkapkan Caleg Provinsi Bali dari PDI Perjuangan, A A Istri paramita Dewi, SM., atau biasa disapa Agung Paramita Dewi (APD), Selasa (28/11/2023) di Denpasar.
Trik politik yang dimaksud yakni mengacu pada tindakan atau strategi yang dilakukan oleh calon kandidat politik untuk menarik perhatian massa. Biasanya, trik ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan keuntungan politik.
“Trik politik seringkali bersifat spektakuler atau dramatis, dengan tujuan menciptakan citra positif, menarik perhatian media, atau mengalihkan perhatian dari isu-isu yang esensial,” kata Agung Paramita Dewi (APD) menggambarkan.
Penggunaan trik politik seringkali sebagai upaya manipulatif untuk menarik perhatian tanpa memberikan substansi yang nyata atau solusi konkret terhadap isu-isu yang dihadapi masyarakat. Pada kenyataannya, trik politik yang terlalu mencolok atau palsu juga dapat merusak citra seorang politisi karena dianggap tidak serius dalam menangani isu-isu serius yang sedang dihadapi oleh masyarakat.
Kampanye dengan menggunakan trik politik yang kontroversial atau mencolok dapat meningkatkan polarisasi politik. Strategi kampanye seperti ini cenderung memecah belah masyarakat menjadi kelompok yang berseberangan, mengorbankan kesatuan dan kerjasama yang penting untuk mencapai solusi yang efektif.
“Penekanan pada trik politik seringkali membuat pemilih lebih memperhatikan gaya atau citra daripada pandangan dan kebijakan yang sebenarnya,” tutur putri dari Anggota DPR RI Komis XI, I Agung Rai Wirajaya, SE., MM.
Dalam kampanye politik, semua kandidat yang terlibat harus menjaga integritas proses politik dan membangun kepercayaan publik. Oleh karena itu, seorang politisi sebaiknya fokus pada komunikasi yang jujur, transparan, serta berbasis substansi, dan memberikan perhatian yang serius pada isu-isu penting yang dihadapi oleh masyarakat. Model kampanye yang sekadar memperlihatkan image seharusnya dihindari karena hal ini hanya akan membuat masyarakat tidak simpati.
Kampanye politik yang idealnya lebih berfokus pada penyampaian visi, misi, ideologi, dan kebijakan, serta memberikan informasi yang diperlukan kepada calon pemilih untuk membuat keputusan yang bijaksana. Yang lebih penting adalah adu gagasan, bukan saling menyerang secara personal karena hal ini hanya akan menimbulkan kekacauan dan merugikan proses demokratis serta menurunkan kualitas komunikasi politik.
“Masa kampanye politik yang ideal adalah saat yang diisi dengan kampanye yang baik dan mencerminkan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi, integritas, dan kepentingan masyarakat. Melalui adu gagasan, kampanye politik dapat menjadi alat untuk memperkuat demokrasi, mendorong diskusi yang bermakna, serta menciptakan perubahan positif untuk kepentingan bersama,” pungkas Agung Paramita Dewi (APD) yang merupakan tokoh perempuan Kota Denpasar. (yak)