BREAKING NEWS
PT. TERAS MEDIA SEJAHTERA (terasbalinews.com). AHU-0012026.AH.01.01.TAHUN 2023.
Aku Lapor Pajak

Petitenget Festival – 2.000 Penari Tenun Kerobokan Pecahkan Rekor MURI

Foto - Penyerahan plakat Rekor MURI dengan latar belakang ribuan penari.
banner 120x600

BADUNG – Dua ribu penari dari 50 banjar Desa Adat Kerobokan tampil memukau mempersembahkan Tari Tenun pada ajang Petitenget Festival, Minggu (16/9/2018) sore di hadapan belasan ribu pengunjung dan wisatawan sertaberhasil memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia).

Usai pentas yang berlangsung sekitar setengah jam di Pantai Petitenget Kerobokan itu, Manager MURI Andre Purwandono langsung menyerahkan penghargaan bergengsi itu kepada Bendesa Adat Kerobokan Anak Agung Putu Sutarja yang disaksikan Wabup Badung Drs. Ketut Suiasa, Ketua Panitia Petitenget Festival AAB Bayu Joni Saputra serta undangan. Penghargaan diberikan MURI atas rekor Pagelaran Tari Tenun dengan jumlah Penari Terbanyak.

Foto – Penyerahan plakat rekor MURI.

Para penari cantik yang berasal dari 50 banjar se Desa Adat Kerobokan itu sejak tampil awal terlihat begitu memukau. Bahkan ribuan penonton betah menyaksikan tarian ciptaan seniman asal Banjar Campuhan, Kerobokan yakni Nyoman Ridet pada tahun 1957 bahkan hingga pementasan berakhir penonton enggan beranjak dari arena pementasan yang sore itu nampak cerah dilatarbelakangi sunset.

Pementasan Tari Tenun sekaligus menutup Petitenget Festival (Kerobokan Arts & Spirit 2018) yang telah berlangsung sejak Jumat (14/9). Ada yang istimewa, pasalnya penari pertama Tari Tenun ini yakni Jero Ketut juga ikut bernostalgia menari di tengah-tengah ribuan penari yang mengenakan kebaya putih dan kamben merah cerah. Tidak hanya itu, sejumlah penari asal Jepang juga ikut menarikan Tari Tenun ini. Tentu ini suatu kebanggaan tersendiri bagi warga Kerobokan dalam ajang Petitenget Festival kali ini. Apalagi para penari tampak menawan ditambah dengan lelunakan berwarna kuning yang menghiasi kepala penari semakin memperindah gerak tarik para penari ini.

“Tari Tenun ini juga menjadi salah satu ikon Petitenget Festival selain ada Butho Ijo. Kami juga apresiasi antusias pengunjung dan wisatawan yang membeludak salah satunya untuk menyaksikan Tari Tenun yang telah disiapkan sejak beberapa bulan lalu,” kata Ketua Panitia Petitenget Festival, AA Bayu Joni Saputra di sela-sela acara.
Tari Tenun merupakan tari kreasi khas Bali yang diciptakan oleh seniman asal Banjar Campuhan, Kerobokan yakni Nyoman Ridet pada tahun 1957. Tari Tenun ini menggambarkan kegiatan wanita desa yang sedang membuat kain tenun dengan alat-alat yang sangat sederhana. Menenun merupakan proses pembuatan kain dari persilangan dua set benang dengan cara memasuk benang secara melintang pada benang-benang lain.

Foto – Ribuan penari “Tari Tenun”.

Gerakan tarian ini dimulai sejak para penenun mulai memintal benang, mengatur benang pada alat tenun, dan diakhiri dengan menenun. Keseluruhan gerak tari ini merupakan perpaduan antara unsur-unsur tarian klasik yang ditambahkan dengan gerak-gerak imitatif atau hasil kreativitas penciptanya. Saat ditarikan secara berkelompok, tari menekankan pada kekompakkan gerak sehingga keindahannya semakin terlihat indah.
Selain gerakannya yang unik, busana yang dikenakan leh para penari tenun juga indah. Biasanya identik dengan warna-warna cerah, seperti kuning, hijau, dan merah. Hiasan kepala yang khas (lelunakan) juga menambah keindahan.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *