JAKARTA (terasbalinews.com). Indonesia Fintech Summit & Expo (IFSE) 2024 resmi dibuka, memulai Bulan Fintech Nasional (BFN) 2024 yang akan berlangsung hingga 12 Desember mendatang. Acara ini merupakan kolaborasi antara Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI), dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan literasi dan inklusi keuangan digital, IFSE 2024 berfokus pada penyediaan solusi finansial aman dan menghindarkan masyarakat dari risiko investasi bodong.
Ketua Umum AFTECH, Pandu Sjahrir, menegaskan bahwa IFSE 2024 adalah momentum penting untuk memperkuat ekosistem keuangan digital di Indonesia.
“Dengan meningkatnya pemahaman masyarakat akan platform keuangan yang aman, kita dapat menghadapi tantangan ekonomi digital yang kian berkembang,” ucapnya, Selasa (12/11/2024).
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menyoroti pentingnya inovasi dan regulasi keuangan digital berbasis teknologi. Menurutnya, OJK berperan sebagai pengawas yang mengutamakan pengelolaan risiko dan tata kelola yang baik, demi melindungi kepentingan masyarakat.
“Pendekatan berbasis risiko dan tata kelola yang baik menjadi fondasi dalam merumuskan kebijakan dan pengawasan sektor fintech di Indonesia,” jelas Mahendra.
Pada hari pertama IFSE 2024, Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan OJK, menekankan pentingnya literasi keuangan digital untuk mendorong akses yang lebih luas ke layanan keuangan.
Dalam sambutannya, Friderica menyoroti risiko ketergantungan pada pinjaman digital, yang memerlukan edukasi finansial mendalam.
“Edukasi yang tepat akan membantu konsumen memahami risiko investasi dan pinjaman yang tidak sehat,” ujarnya.
Salah satu sorotan utama IFSE 2024 adalah peluncuran whitepaper bertajuk *”Revolutionizing Financial Planning: Digital Financial Planner Business Models Unleashed”*, disusun oleh AFTECH dan iDNA Solutions dengan dukungan dari The Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF). Whitepaper ini mengidentifikasi potensi besar dalam sektor perencanaan keuangan digital di Indonesia, yang diproyeksikan mencapai nilai pasar lebih dari USD 450 miliar.
Panel diskusi *“Navigating Financial Journey through Strategic Digital Financial Planning”* menghadirkan Aldi Haryopratomo, Wakil Ketua Umum II AFTECH, yang menekankan peran digital financial planner dalam meningkatkan literasi keuangan.
“Kolaborasi antara perencana keuangan digital dan layanan fintech lain, seperti investasi dan asuransi, akan mendukung pendalaman pasar keuangan Indonesia,” katanya.
IFSE 2024 juga menggelar panel diskusi yang berfokus pada keamanan finansial dan regulasi teknologi. Diskusi “Advanced Fraud Detection for P2P Lending Platforms” membahas teknologi pendeteksi penipuan untuk platform P2P lending dan pengawasan market conduct.
Dalam diskusi tersebut, Hasan Fawzi, Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan OJK, menegaskan bahwa regulasi yang kuat dan perlindungan konsumen adalah prioritas utama untuk menciptakan ekosistem keuangan digital yang bermanfaat bagi masyarakat.
Panel lainnya, “Embed to Expand – The Future of Bank and Fintech”, yang menghadirkan pembicara dari Korea Financial Supervisory Service, mengeksplorasi potensi “embedded finance” untuk mengintegrasikan inovasi bank dan fintech.
Untuk memperkuat keamanan digital, panel “Strengthening Cybersecurity in Financial Services” mengkaji kolaborasi pemerintah dan sektor swasta dalam meningkatkan keamanan siber pada layanan keuangan, memanfaatkan teknologi AI dan otomatisasi.
IFSE 2024 mengundang masyarakat untuk berpartisipasi dalam acara ini. Pendaftaran peserta dapat dilakukan melalui www.bulanfintechnasional.com, sementara informasi terkini dan agenda acara tersedia di situs resmi www.fintech.id. Melalui IFSE 2024, AFTECH, OJK, dan berbagai pemangku kepentingan berupaya membangun ekosistem keuangan digital yang inklusif, aman, dan berkelanjutan untuk masa depan finansial Indonesia yang lebih cerah. (red)