BREAKING NEWS
PT. TERAS MEDIA SEJAHTERA (terasbalinews.com). AHU-0012026.AH.01.01.TAHUN 2023.

Jatiluwih Eco Farm, Destinasi Baru yang Tawarkan Wisata Alam, Budaya, dan Aktivitas Pertanian

John K. Purna, pemilik sekaligus pendiri Jatiluwih Eco Farm (JEF) Tabanan. (foto/yak)
banner 120x600
Pasang iklan disini ( 468x60 pixel )
WhatsApp +62 819-3301-0005

TABANAN (terasbalinews.com). Kawasan wisata Jatiluwih di Tabanan kembali menghadirkan daya tarik baru Jatiluwih Eco Farm (JEF). Mengusung konsep pertanian berkelanjutan dan pelestarian budaya lokal, JEF menawarkan pengalaman unik bagi wisatawan yang ingin merasakan langsung kehidupan pedesaan Bali yang autentik.

Didirikan oleh John K. Purna, warga lokal yang juga pemilik Jatiluwih Eco Farm, tempat ini menjadi pusat aktivitas wisata berbasis alam dan budaya yang terbuka sepanjang hari.

“Di sini, tamu bisa membajak sawah, menanam padi, memanen madu, membuat kopi, canang, hingga mandi lumpur, kapan pun mereka mau. Semua kegiatan yang berhubungan dengan alam bisa dilakukan 24 jam,” ujar John K. Purna, saat melaunching JEF, Kamis (17/4/2025), seraya menambahkan, bila malam tiba, ribuan kunang-kunang menerangi hamparan sawah di sekitar lokasi.

Tak hanya berfokus pada aktivitas pertanian, JEF juga menyediakan fasilitas setara hotel berbintang lima. Area ini dapat menampung hingga 400 orang dan cocok untuk berbagai acara seperti meeting, outbound, hingga pernikahan.

Saat ini, JEF telah menarik minat investor dari Singapura untuk membangun akomodasi berupa rumah kayu yang dirancang khusus untuk wisatawan.

“Kami juga melayani wisata yoga, termasuk ‘laughter yoga’ dan yoga sambil mandi lumpur, yang belakangan banyak digemari wisatawan Eropa,” tambah John.

Salah satu tujuan utama JEF adalah menciptakan pemerataan ekonomi bagi warga sekitar. maka tak heran jika 10% pendapatan JEF diserahkan kepada Desa Adat setempat.

“Selama ini pusat aktivitas wisata di Jatiluwih hanya terpusat di satu titik. Kami ingin memperluas manfaat wisata ini ke dusun-dusun yang belum tersentuh,” ujar John.

Menurutnya, lebih dari 90% bahan makanan yang disajikan di JEF berasal dari kampung sekitar. Bahkan tenaga kerja yang direkrut pun mayoritas warga lokal. Hanya posisi manajerial yang melibatkan orang dari luar daerah.

JEF juga tengah mempersiapkan program wisata inovatif seperti glamping di hutan dan kebun alpukat yang melibatkan petani lokal. Untuk menjangkau wisatawan kelas atas dengan waktu terbatas, John juga berencana menyediakan akses helikopter langsung ke lokasi.

“Dengan potensi kunjungan mencapai 1.000 orang per hari di Jatiluwih, kami yakin konsep seperti ini sangat dibutuhkan. Kami ingin Jatiluwih menjadi contoh destinasi yang ramah lingkungan, memberdayakan masyarakat, dan tetap menarik bagi wisatawan modern,” pungkasnya. (yak)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *