BADUNG – Bali memiliki potensi pertanian yang sangat memadai. Bahkan sejak dulu, hasil pertanian di Bali banyak telah diperjual belikan antar pulau, dan diekspor. Anggota Komisi IV DPR RI , AA Bagus Adhi Mahendra Putra mengatakan semua pihak harus memberikan dorongan kepada petani di Bali, agar lebih meningkat pengetahuannya. Petani didorong menjadi pengusaha, dan tidak hanya sekedar berproduksi.
“Jadi ke depan, petani harus didorong agar bisa menjadi pengusaha, serta menjadi manajer, agar bisa lebih meningkat pendapatannya. Jangan petani hanya mencangkul saja. Kalau petani tidak dibantu, dan terus seperti sekarang hanya diajarkan berproduksi saja, maka kesejahteraannya tak naik-naik. Jadi petani harus tahu berdagang sehingga tahu pasar,” tuturnya, di sela-sela pelepasan ekspor 9.000 ton manggis dan 32.00 anak ayam (DOC CP 909 Layer) di Pemeriksaan Keamanan Kargo dan Pos (Regulator Agent) PT. Angkasa Pura Logistik Kantor Cabang Bali, Kamis (7/9/2018).
Gus Adhi menambahkan, banyak produk pertanian yang bisa diekspor dari Bali. Selain manggis, vanili dan kopi Bali sejak dulu banyak di ekspor. Ikan dan ternak juga banyak dikirim ke luar negeri. Dengan demikian diharapkan, petani bisa menerapkan mekanisasi pertanian, agar produksinya lebih meningkat dan berkualitas.
“Kita terus bantu alat mekanisasi, agar petani lebih bergairah bekerja,” tandasnya.
Sedangkan dari sisi lain pasar produk-produk pertanian organik, ke depan akan semakin terbuka lebar. Produk pertanian organik, bukan saja semakin dibutuhkan konsumen lokal, tetapi juga oleh konsumen luar negeri.
Bali, direncanakan pada Desember 2018 mendatang, akan mengirim beras ke Amerika Serikat. Hal tersebut memperlihatkan, peluang ekspor produk pertanian organik sangat tinggi.
“Jadi usaha pertanian organik ini akan sangat menguntungkan bagi petani karena harganya jauh lebih tinggi. Apalagi di Bali yang banyak wisatawannya,” ujar Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Ir. Gatut Sumbogodjati saat bersama Gus Adhi.
Gatut menyebutkan, harga produk organik bisa berlipat ganda dibandingkan dengan harga produk non organik. Oleh karenanya, keberadaan pertanian organik akan sangat menguntungkan. Khusus beras, pemerintah berharap, bisa dibudidayakan dengan baik secara berkelompok.
Hal itu dimaksudkan, agar produksinya terjaga, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Terutama jika akan menembus pasar ekspor. Dalam konteks itu, pemerintah telah melakukan pembinaan ke petani, dan membantu dengan peralatan pascapanen, sehingga dihasilkan produk berkualitas ekspor.
Dengan peralatan khusus, kualitas beras yang dihasilkan jauh lebih bagus. Sehingga bisa meningkatkan pendapatan petani.
“Kita bantu petani di Desa Piling berupa alat pemisah beras khususnya beras merah yang dihasilkan di daerah tersebut,” tandasnya.
Senada apa yang disampaikan Dirjen, Gus Adhi menegaskan, produk pertanian Bali sudah sejak dulu bisa menembus pasar antar pulau serta ekspor. Namun, dalam upaya meningkatkan kuantitas, kualitas dan daya saing, maka teknologi mulai penanganan lahan, panen hingga pasca panen harus diperhatikan.
Bahkan untuk produk organik, lahan yang digunakan mesti sudah betul-betul siap untuk pertanian organik, semacam ada sertifikasinya.
“Keterampilan dan pengetahuan petani juga harus ditingkatkan. Jangan petani hanya tahu mencangkul, tapi juga cara-cara berbisnis sehingga bisa naik kelas jadi pengusaha,” pungkasnya.
Seperti diketahui pelepasan ekspor produk Bali tersebut, dilakukan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Hadir dalam kesempatan tersebut, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Putu Sumantra, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Bali Putu Astawa, Direktur PT Radja Manggis Sejati Jro Putu Tesan dan Perwakilan PT Charoen Pokphand Indonesia.(red)