Mengatur berat badan masih menjadi tantangan sebagian besar masyarakat Indonesia. Mungkin, pernah terlintas dalam benak kita, perasaan iri ketika melihat teman kita tetap memiliki berat badan ideal meski makan banyak. Di sisi lain, kita yang sudah bersusah payah mengatur pola makan, masih tetap gemuk.
Apa yang menyebabkan hal tersebut? Melansir akun Instagram resmi Kementerian Pemuda dan Olahraga, salah satu alasan mengapa kita masih tetap gemuk meski telah mengurangi makanan yang dikonsumsi adalah kebiasaan ngemil yang intens. Mengonsumsi cemilan diibaratkan sama seperti menggunakan paylater, sedikit demi sedikit, tetapi terasa sudah menumpuk.
Kebiasaan ngemil atau mengonsumsi camilan merupakan hal yang perlu diatur dengan ketat jika ingin tampil lebih kurus. Mengapa tidak, jumlah kalori yang terdapat dalam camilan melebihi kalori sebuah nasi lengkap dengan lauk pauknya. Terlebih, mengonsumsi camilan yang memiliki kalori tinggi mampu meningkatkan lemak di perut dan berdampak pada berat badan yang meningkat.
Lalu, apakah kita tidak boleh ngemil? Melansir hellosehat.com, ngemil tidak serta merta buruk. Kita dapat memilih camilan yang memiliki kalori rendah, seperti camilan dari sayur-sayuran dan buah-buahan.
Pilihlah camilan yang memiliki nilai serat dan air yang tinggi. Selain cepat mengisi perut, camilan jenis ini bisa mempertahankan rasa kenyang, membuat kita tidak makan secara berlebihan.
Camilan seperti yoghurt, biskuit gandum utuh, kacang-kacangan, dan berondong jagung dapat menjadi pilihan camilan sehat yang dapat dinikmati tanpa harus terbebani perasaan bersalah karena menjadi semakin gemuk.
Selain itu, kebiasaan ngemil yang dibarengi dengan kegiatan-kegiatan yang tidak sehat juga mempengaruhi berat badan. Seseorang yang ngemil sembari menonton televisi atau aktivitas yang membuat kita lebih banyak duduk dapat membuat kita menjadi gemuk. Usahakan, lakukan olahraga ringan setelah ngemil untuk membakar kalori yang masuk ke dalam tubuh.
