BULELENG (terasbalinews.com). Ladang jagung seluas 60 hektar di areal pertanian Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali, tidak di penen lantaran harga anjlok. Tidak hanya soal harga, pengusaha yang biasa membeli jagung petani juga mengaku tidak bisa mengambil jagung petani akibat pelaku pebisnis pakan ternak menutup usahanya. Akibat kondisi itu, ratusan petani di Buleleng menjerit karena mengalami kerugian yang tidak sedikit.
Sejumlah petani mengaku pasrah atas kondisi itu, namun berharap pemerintah tidak berdiam diri dan meminta agar ikut memikirkan nasib mereka. Merekapun menyebut program ketahanan pangan pemerintah ternyata belum menyentuh kepentingan kaum petani secara keseluruhan.
“Para petani pasrah akibat rugi ratusan juta karena saat seharusnya panen, jagung mereka tidak ada yang membeli. Mereka terpaksa menjual dengan harga dibawah pasar atau terpaksa dipanen kemudian ditimbun digudang-gudang penyimpanan,” ujar Ketua Serikat Petani Buleleng M. Rasyid, pada Minggu (13/4/2025).
Menurut Rasyid, jika sebelumnya petani dapat menjual sekitar Rp 8 juta/ 30 are luas tanaman jagung, kini tidak lagi bisa akibat minimnya minat pasar membeli jagung. Saat ini harga jual yang ditawarkan sebesar Rp 5.000/kg, itu pun tetap tidak ada pembeli. Kondisi itu menyebabkan petani pasrah dan memilih membiarkan tanaman jagungnya tanpa dipanen.
“Dengan kondisi itu para petani sangat merugi, terlebih mereka harus membayar cicilan kredit bank melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pembiayaan,” katanya.
Disebutkan, pengusaha yang biasa membeli jagung hasil panen mereka sudah tidak membeli lagi. Penyebabnya, minat pasar untuk membeli jagung sangat rendah akibat banyak sebab. Diantaranya pabrik pakan ternak banyak yang menutup usahanya.
“Informasi itu saya dapatkan dari pengusaha yang biasa membeli jagung kami. Banyak pengusaha pakan dengan jagung sebagai bahan utama sudah pada tidak beroperasi. Dan salah satu penyebab jagung petani tidak terserap pasar, “ ucap Rasyid.
Padahal, kata Rasyid lebih lanjut, pemerintah telah memutuskan tahun 2025 tidak lagi impor jagung untuk pakan ternak. Kebijakan itu diberlakukan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Hanya saja, kondisi yang petani hadapi saat ini sangat bertolak belakang karena jagung petani tidak terserap pasar.
Menurut pria yang pernah di undang Presiden Joko Widodo ke Istana Negara pada Hari Tani beberapa waktu lalu, berharap agar nasib petani benar-benar diperhatikan. Terlebih dengan adanya program ketahahan pangan Presiden Prabowo jangan sampai hanya menjadi obyek kepentingan sesaat yang justru membuat nasib petani semakin terpuruk.
“Saya berharap Menteri Pertanian bersama jajarannya termasuk pemerintah daerah benar-benar fokus memperhatikan nasib petani. Paling tidak, program ketahanan pangan pemerintah nasibnya ada pada petani juga,” tutup Rasyid. khan