DENPASAR (terasbalinews.com). Produktivitas pertanian menjadi kunci dalam menjaga ketahanan pangan dan stabilitas harga di Bali. Menyikapi tantangan ini, Pemerintah Daerah bersama Bank Indonesia melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bali menggelar “High Level Meeting (HLM)” bertajuk “Mewujudkan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Melalui Penguatan Lahan Pangan Berkelanjutan, Pengairan, dan Benih Unggul”, Senin (17/2/2025).
HLM TPID Bali dipimpin langsung oleh Pj. Gubernur Bali, Drs. Sang Made Mahendra Jaya, M.H, serta dihadiri oleh berbagai pejabat terkait, termasuk perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Badan Pangan Nasional.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali, Erwin Soeriadimadja, mengungkapkan bahwa inflasi tahunan Bali per Januari 2025 berada pada 2,41% (yoy), masih dalam target 2,5±1%. Namun, pengendalian inflasi menghadapi tantangan kompleks, baik dari faktor global maupun nasional.
Secara global, ancaman perang dagang dan gangguan rantai pasok pangan dan energi menjadi risiko utama. Sementara dari sisi nasional, lonjakan permintaan akibat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti Ramadhan, Galungan, Kuningan, Nyepi, hingga Idul Fitri turut memengaruhi kestabilan harga.
“Komoditas yang diperkirakan mengalami kenaikan harga meliputi hortikultura, bahan bakar rumah tangga, dan minyak goreng. Tantangan lainnya adalah penurunan luas lahan pertanian, rantai pasok yang belum efisien, serta kurangnya akses pembiayaan bagi sektor pertanian” ungkap Erwin.
Ia pun meyarankan untuk menghadapi tantangan ini, sinergi lintas sektor sangat diperlukan. Beberapa langkah strategis yang ditekankan dalam HLM TPID Bali meliputi: Penguatan lahan pangan berkelanjutan guna menekan laju konversi lahan pertanian.
“Peningkatan sistem pengairan dan implementasi benih unggul agar hasil pertanian lebih optimal. Selain juga hilirisasi produk pertanian dan penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) untuk menjamin stabilitas Harga,” tuturnya.
Langkah katanya, selaras dengan Kesepakatan HLM Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) 2025, yang mendorong penguatan koordinasi pusat-daerah demi menjaga pasokan pangan yang berkelanjutan.
Erwin mengungkapkan, salah satu isu utama yang dbahas dalam diskusi adalah perbedaan harga gabah kering di tingkat petani dan harga beras di pasaran. Saat ini, gabah dari Bali banyak dijual ke luar daerah untuk diolah menjadi beras, lalu kembali dijual ke Bali dengan harga lebih tinggi.
“Untuk mengatasi hal ini, peran penggilingan padi (RMU) lokal harus diperkuat, serta optimalisasi Perumda sebagai offtaker untuk memangkas rantai distribusi dan menjaga stabilitas Harga,” ucapnya.
Dalam pertemuan ini, Bulog, Pertamina, dan Hiswana Migas memastikan bahwa stok beras, BBM, dan gas elpiji dalam kondisi aman menjelang HBKN.
Sementara itu Pj. Gubernur Bali juga menekankan pentingnya ketersediaan pangan yang cukup, baik untuk masyarakat lokal maupun wisatawan, mengingat Bali adalah destinasi wisata dunia.
“Alih fungsi lahan pertanian menjadi tantangan utama di Bali. Oleh karena itu, TPID Bali diharapkan semakin aktif dalam merumuskan inovasi guna meningkatkan produktivitas pertanian,” tandasnya.
Sebagai bagian dari HLM TPID Bali 2025, kegiatan ini juga dirangkaikan dengan capacity building bagi TPID Provinsi dan kabupaten/kota di Bali. Evaluasi program sepanjang tahun 2024 menjadi fokus utama, guna memperkuat sinergi dalam mewujudkan **ketahanan pangan yang tangguh serta kesejahteraan petani di Bali. (red)