Catatan Agus Dei
Pasca Covid -19, Gubernur Bali periode 2018-2023, Wayan Koster dengan Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali mengembangkan enam sektor unggulan. Enam sektor unggulan ini, meliputi sektor pertanian dengan sistem pertanian organik, sektor kelautan dan perikanan, sektor manufaktur dan industri berbasis budaya Bali, sektor IKM, UMKM dan koperasi, sektor ekonomi kreatif dan digital serta sektor pariwisata.
Kemudian, Pak Koster mengeluarkan regulasi-regulasi untuk mendukung pembangunan ekonomi di Bali sebagai penanda Bali Era Baru, satu di antaranya tentang Arak Bali. Sejak dahulu kala, leluhur Bali telah memanfaatkan sumber alami yang diolah dengan destilasi tradisional sehingga menjadi minuman tradisional khas yakni Arak Bali yang digunakan untuk sarana upakara dan upacara, serta minuman kesehatan, yang diwariskan secara turun-temurun.
Warisan leluhur Bali tentang destilasi tradisional merupakan pengetahuan dan teknologi original untuk mendayagunakan sumber alami dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan.
Gubernur Bali saat itu, Wayan Koster, berani mengambil kebijakan yang berpihak kepada kaum marhaen yakni petani Arak Bali.
Sejak lama Arak Bali dilarang diedarkan, tidak diberdayakan sebagai sumber ekonomi rakyat, bahkan dimasukkan sebagai daftar negatif investasi, namun sebaliknya minuman beralkohol produk impor malah membanjiri pasar domestik Pulau Dewata.
Negara maju seperti Jepang, China, dan Korea sangat menjunjung produk minuman fermentasi lokalnya sebagai kebanggaan dan sumber kesejahteraannya, sedangkan Arak Bali justru diperlakukan tidak adil.
Mimpi Pak Koster terhadap Arak Bali sangatlah besar. Dia ingin minuman beralkohol itu bisa mendunia layaknya soju dari Korea atau sake milik Jepang.
“Saya berani meyakinkan, Arak Bali tidak kalah dengan soju dan sake,” ungkap Koster dalam berbagai kesempatan pada kuliah umum GEN-Z Penerus Masa Depan Bali di 11 kampus dari 15 kampus yang mengundang Gubernur Bali 2018-2023 ini.
Pak Koster meyakini industri arak Bali bisa bermanfaat untuk seluruh masyarakat apabila digarap dengan serius. Walhasil, menjadi peluang usaha tidak hanya untuk pasar lokal Pulau Dewata, tapi juga luar negeri.
Tidak hanya bagi masyarakat lokal, tapi juga wisatawan dan untuk tujuan ekspor, untuk menjawab hal itu pak Koster menetapkan Hari Arak Bali pada 29 Januari. Ketetapan itu tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 929/03-I/HK/2022.
Penetapan Hari Arak Bali juga untuk mengenang terbitnya Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali. Arak Bali pun telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) 2022 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 3031/F4/KB.09.06/2022, tanggal 21 Oktober menetapkan Arak Bali sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia.
Komitmen Pak Koster dengan membentuk Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali, sebagai keberpihakan nyata dalam mengangkat harkat Arak Bali dan secara konsisten terus-menerus mempromosikan pemanfaatan Arak Bali kepada masyarakat lokal, undangan, serta tetamu terhormat dari dalam dan luar negeri.
Menjadikan Arak Bali sebagai minuman penyambutan tamu, acara jamuan, dan pertemuan-pertemuan resmi, serta dimanfaatkan sebagai minuman wisatawan di hotel/restoran serta mengembangkan desain kemasan dan branding produk Arak Bali, sehingga berdaya saing dalam perdagangan lokal, nasional, dan global. Hal ini bertujuan menjadikan Arak Bali sejajar menjadi minuman spirit dunia dengan produk minuman negara lain.
Pak Koster menilai, berkembangnya pariwisata Pulau Dewata berjalan beriringan dengan digemarinya kuliner lokal khas Bali. Kuliner lokal khas Bali yang terdiri dari beraneka ragam jenis makanan hingga minuman, telah mendapatkan banyak atensi dari para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Tetapi berbeda halnya dengan Arak Bali yang merupakan minuman beralkohol khas Bali, dimana Arak Bali yang mengandung alkohol jenis etanol ini masih cukup awam diketahui oleh penduduk di Indonesia.
Arak Bali biasa dipergunakan sebagai sajian (tetabuhan) yang digunakan pada upacara keagamaan. Tradisi Agama Hindu menggunakan arak sebagai persembahan kepada ‘Bhuta Kala’ yang diberikan kepada masyarakat untuk melaksanakan ritual upacara keagamaan selain beras dan dupa.
Kabupaten Karangasem merupakan salah satu daerah yang memproduksi Arak Bali. Merujuk data jumlah petani/perajin arak Bali semula tercatat 1.472, namum saat ini telah mencapai 2.550 lebih pelaku usaha yang tersebar di seluruh Kabupaten di Bali, jumlah Koperasi Produsen Arak yang menampung arak petani mencapai 10 unit saha, sedangkan jumlah varian produk minuman beralkohol yang diproduksi secara legal oleh Pabrik Minuman Beralkohol yang menggunakan Arak Bali sebagai bahan baku utama telah mencapai 48 merk.
GWK Cultural Park adalah satu destinasi wisata ikonik dan berdasar budaya Bali. Sehingga menjadi lokasi peringatan lahirnya Arak Bali. Hari Arak adalah momentum untuk memperingati keberkahan bagi Bali dari kearifan lokal, berupa minuman tradisional yang mampu memberikan kontribusi Beacukai dengan jumlah mencapai triliunan.
Data menunjukkan pada tahun 2022 oleh Beacukai dilaporkan pembayaran pita cukai MEA di Bali berkisar Rp 1 triliun, namun baru 0,25% dari produk arak. Hal ini masih menjadi pekerjaan rumah, mengacu Peraturan Gubernur No. 99 Tahun 2018, yang mensyaratkan semua industri di Bali harus menggunakan produk lokal sekitar 30%.
Untuk itu, masih diperlukan kerjasama untuk meningkatkan serapan produk arak dan fermentasi khas Bali, yang hilirnya adalah membangkitkan ekonomi kerakyatan, dan tidak saja bertumpu pada sektor pariwisata yang selama 4,5 dekade Bali berjaya, namun diluluhlantahkan dengan Covid- 19.
Menurut Perbekel dari desa penghasil arak ternama di Karangasem, yakni Desa Tri Eka Buana, I Ketut Derka, menyebut arak memiliki banyak manfaat untuk masyarakat Bali.
“Para petani di Bali kalau musim dingin seperti musim penghujan itu biasanya sebelum pergi ke sawah, sesudah makan, dia akan minum satu sloki arak,” papar Derka seraya menjelaskan fungsi arak ialah menghangatkan tubuh petani yang harus bekerja ketika cuaca dingin, menurunkan demam, obat rematik dan diabetes, meremajakan kulit, serta campuran bahan makanan.
Derka memberi contoh, untuk menurunkan panas demam cukup celup sapu tangan ke satu sloki arak. Taruh sapu tangan basah tersebut di bawah pusar selama satu atau dua menit agar panas tubuh turun.
Proses pembuatan Arak Bali murni dapat menggunakan tuak pohon kelapa, pohon enau (aren), dan phon ental (lontar). Biasanya tergantung sumber daya alam dan ciri khas desa perajin arak. Proses pembuatan arak Bali masih tradisional. Petani arak akan menyadap nira pohon kelapa sehari dua kali dalam satu pohn. Lalu nira akan dikumpulkan dalam gentong berukuran besar yang memuat 80-90 liter.
“Setelah terkumpul, dikasih serabut kelapa dan dimasukkan ke dalam tuak untuk proses fermentasi selama dua sampai tiga hari,” lanjutnya.
Derka mengatakan, petani arak juga kerap menggunakan kulit kayu bayur atau kutat. Media fermentasi ini harus dikeringkan selama 14-20 hari dan dihaluskan dangan cara dipukul menggunakan sebongkah kayu di atas batu. Usai masa fermentasi selama dua sampai tiga hari, nira akan berubah rasanya dari manis hingga sedikit keras, karena kadar alkoholnya meningkat.
“Penyulingan dari pagi jam 5 sampai dengan jam 5 sore. Apinya juga tidak boleh besar. Kalau pertama, karena air tuak dingin, bisa lebih besar apinya. Setelah tuak mendidih, diatur api dari kayu bakarnya hingga mengecil supaya rasa dari arak bagus,” kata Derka.
Arak Bali kini juga dikemas dengan kemasan yang menarik dan ekslusif untuk menjadi oleh-oleh wisatawan, dan terakhir arak Bali terpilih sebagai salah satu suvenir KTT G20 sebagai minuman beralkohol khas dari masyarakat Bali. Selain itu, berdasarkan data dari BPOM, per tahun 2020, Provinsi Bali merupakan produsen arak terbesar di Indonesia dengan total produk yang terdaftar adalah 422 jenis produk.
Oleh sebab itu, Pemerintah Provinsi Bali memberikan perhatian khusus terhadap produksi maupun distribusi minuman beralkohol khas Bali atau Arak Bali. Hal ini termuat dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi Dan/atau Destilasi Khas Bali. Dalam aturan itu dijelaskan tentang apa itu Arak Bali sebagai minuman fermentasi dan destilasi adalah minuman yang dibuat dari bahan baku lokal secara tradisional dan turun-temurun, dikemas secara sederhana yang mengandung ethil alkohol/etanol (C2H5OH) yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan distilasi.
Peneliti Arak Bali dan juga akademisi toksikologi forensik dari Universitas Udayana, I Made Agus Gelgel Wirasuta mengaku, keberadaan arak telah menjadi satu nilai budaya, sosial, hingga peningkatan ekonomi masyarakat Bali.
Guru besar bidang ilmu kimia farmasi yang dipanggil “profesor arak” itu menambahkan, arak Bali dapat menjadi “Dewa Ye, Bhuta Ye”, yaitu memiliki sifat positif dan juga negatif jika dikonsumsi dalam dosis yang tepat atau berlebih.
“Satu seloki yang direndam ramuan itu bermanfaat. Jika kebanyakan tidak bagus juga,” ujar Gelgel yang mengaku menjadi salah satu pihak yang aktif meningkatkan derajat arak Bali, mulai dari penyusunan Pergub Bali No 1 Tahun 2020 hingga sosialisasi dan pemberdayaan pembuatan arak di masyarakat.
Kemudian, Gelgel menambahkan, arak Bali yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, juga memiliki potensi ekonomi hingga triliunan rupiah. Menurutnya, setiap tahun setidaknya terdapat 15 juta wisawatan internasional yang datang ke Bali, dan mayoritas dari mereka mengkonsumsi alkohol.
Mengutip laporan dari Kementerian Keuangan, dan BPOM, kata Gelgel, sekitar 80% peredaran minuman beralkohol Indonesia berada di Bali dengan total pajak yang dibayarkan mencapai Rp15 triliun per tahun.
“Namun, dari 80% itu, hanya 0,9% merupakan produk lokal Bali, sisanya impor semua. Ini peluang ekonomi besar, kenapa minuman beralkohol tradisional tidak dilegalkan dengan proses dan pengedaran yang terstandarisasi,” katanya.
“Bayangkan jika 30% itu berasal dari produk lokal. Keuntungannya tidak akan lari ke luar. Dan kami berikan juga history di balik itu, mereka para turis akan sangat antusias,” ujarnya.
Melihat peluang besar itu, Gelgel menambahkan, dia dan rekan-rekan perkumpulan Tresnaning Arak Berem Bali (dari pemerhati, pengerajin, pelaku industri, bartender, dan distributor minuman fermentasi dan destilasi khas Bali) bekerja sama dengan Pemprov Bali mengembangkan arak, mulai dari sosialisasi dan pelatihan proses pembuatannya serta regulasi dari petani hingga pengedaran yang diberi label Balinese Arak.
Salah satu perajin arak Bali, Ida Ayu Puspa Eny bangga dengan produksi arak Iwak Arumery yang menjadi suvenir dalam side event atau acara sampingan G20 di Bali pada September 2022. Perlu diketahui bahwa Arak Bali sudah menjadi minuman tradisional khas yang selalu diburu wisatawan. Meskipun namanya mengandung unsur alkohol, namun bukan berarti arak ini dipakai untuk menjadi sarana mabuk-mabukan. Berikut sejumlah fakta menarik soal Arak Bali:
1. Arak Bali sering dipakai di acara adat Bali. Mengutip The Conversation, arak juga memiliki fungsi sosial yakni membangun kebersamaan dan memperkuat ikatan kekerabatan di masyarakat. Bahkan menjadi simbol dimulainya hubungan antarbesan. Contoh ketika dua keluarga calon mempelai bertemu, biasanya kedua kepala keluarga dari kedua pasangan akan dipertemukan dan bersulang untuk minum bersama. Selain itu, beberapa desa sudah memiliki tradisi turun-temurun untuk meminum arak sebagai pelaksanaan upacara keagamaan di lingkungan keluarga, klan, maupun desa. Salah satu contohnya adalah menggunakan arak Bali untuk mengiring upacara metatah atau potong gigi di Kabupaten Karangasem, Bali.
2. Arak Bali Menjadi Suvenir G20. Fakta selanjutnya adalah arak Bali menjadi suvenir dalam rangkaian KTT G20 pada Agustus 2022. Dikutip dari antaranews.com, pengrajin Arak Bali yang terpilih masuk dalam side event G20 adalah milik produsen asal Denpasar, Ida Ayu Puspa Eny. Faktanya, ia telah meracik arak sejak 2008 silam. Kini, hasil produksinya bernama Iwak Arumery. Arak buatannya dijamin bahan berkualitas tinggi dengan campuran beragam jenis buah-buahan dan juga arak murni. Ia mengakui dagangannya telah bersertifikat BPOM sehingga membuat arak buatannya aman dikonsumsi.
3. Arak Bali Dipakai untuk Pengobatan. Fakta lain menyebutkan bahwa arak yang berbahan dasar arak jung atau arak rempah sudah budaya lokal zaman kuno atau untuk pengobatan. Misalnya dalam membantu penyakit batuk, flu, atau sariawan, dengan manfaat sebagai penghangat tubuh. Jadi leluhur Bali itu meracik arak, terutama diniatkan untuk sarana kesehatan. Bahkan Arak Bali juga dipakai untuk pengobatan Covid-19. Berdasarkan jurnal berjudul Destilasi Arak Bali Sebuah Alternatif Pencegahan Covid-19 Dalam Film Dokumenter yang terbit pada 2021, secara Pharmatology pengobatan ini diformulasikan secara khusus untuk membantu oksigen masuk ke dalam tubuh, yang selanjutnya bermanfaat untuk pernapasan seseorang.
4. Arak Bali Dilombakan. Dalam catatan Tempo, arak Bali pernah dijadikan ajang lomba desain di Bali. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, I Wayan Jarta, menjelaskan, bahwa lomba ini dilakukan sudah sesuai Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali. Lomba yang bertemakan Beautiful Packaging Design Reflect the Balinese Culture, merupakan ajang untuk mendesain kemasan yang mencerminkan budaya Bali. Selain itu, lomba ini bertujuan mengeksplorasi teknik pengemasan makanan olahan sebagai salah satu cara meningkatkan citra produk yang dihasilkan.
5. Tercatat 28 Merek Arak Bali Masuk Hotel Bintang lima. Terakhir, sebanyak 28 merek arak Bali dari perajin lokal sudah diberikan akses untuk bisa memasukan minumannya di hotel-hotel bintang lima. Hal ini sejalan dengan kesepakatan yang dilakukan Pak Koster sebelum mengakhiri tugas sebagai Gubernur pada 5 September 2023 lalu.
“Ini adalah langkah nyata yang dilakukan manajemen hotel dengan pelaku usaha arak atau produk berbahan arak. Ini hanya sebagian kecil dari sejumlah produk arak yang muncul sejak diberlakukan Pergub Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang tata kelola minuman fermentasi dan atau distilasi khas Bali,” kata Pak Koster.
Strategi ke depan
Legalisasi arak akan memberikan spirit tumbuhnya ekonomi kreatif di pedesaan. Industri arak menjadi bukti bahwa tumbuhnya kreativitas dalam menyokong peningkatan nilai tambah produk pertanian. Selama ini produk pertanian hanya dijual dalam bentuk mentah sehingga harganya rendah. Sepanjang adanya pembinaan dan pendampingan agar produksi arak memenuhi standar kesehatan dan dikemas secara profesional, arak bisa saja menjadi komoditas bisnis pariwisata yang baik. Data yang ada pada Kementerian Perindustrian pernah melaporkan, ekspor Arak Bali ke Jepang, Jerman, dan Australia pada 2011.
Hal ini menunjukkan adanya prospek pengembangan industri Arak Bali. Dengan adanya regulasi baru, peluang kerja dan bisnis bagi petani penghasil tuak dan arak semakin terbuka lebar. Sekiranya arak yang sudah menjadi Warisan Budaya Takbenda (WBTb) harus terus dijaga dan dilestarikan sampai kapanpun. Bukan saja dari perajin arak, tetapi semua krama Bali yang hidup dan mencintai Bali. Kalau bukan kita, siapa lagi? Semoga.
*Penulis merupakan seorang Akademisi/ mantan wartawan*