DENPASAR (terasbalinews.com). Serangkaian acara Pekan QRIS Nasional (PQN) 2024 dan kolaborasi dengan Bali Digifest III 2024, pada hari Jumat (16/8/2024) di Gedung Ksirarnawa, Art Centre, Denpasar, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mengadakan Casual Talkshow bertema “Keluarga Digital Savvy: PeKA Bertransaksi, Aman Terlindungi!”.
Acara ini dibuka oleh Advisor Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Butet Linda HP, dan dihadiri oleh sekitar 500 orang yang mewakili desa adat, pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga, pemuda/pemudi, pelajar, serta instansi dan lembaga terkait lainnya. Casual Talkshow ini menghadirkan narasumber yang ahli di bidangnya, termasuk perwakilan dari Bank Indonesia, Indonesian E-Commerce Association (idEA), dan seorang influencer yang juga mewakili konsumen.
Butet Linda HP pada kesempatan ini menyampaikan bahwa transformasi digital telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk cara bertransaksi. Namun, di balik perkembangan pesat digitalisasi ini, masih terdapat risiko yang mengancam keamanan dan kenyamanan masyarakat dalam bertransaksi digital.
“Selain itu, masih ada kesenjangan antara literasi dan inklusi keuangan di masyarakat yang meningkatkan risiko terjadinya kejahatan siber,” ungkapnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Bank Indonesia berkomitmen memberikan edukasi pelindungan konsumen secara berkelanjutan agar konsumen di Indonesia menjadi cerdas dan berdaya, termasuk dalam mengambil langkah preventif yang tepat dan aman dalam bertransaksi digital.
Tema “Keluarga Digital Savvy: PeKA Bertransaksi, Aman Terlindungi!” dipilih karena adanya urgensi terhadap isu yang terus terjadi di masyarakat terkait minimnya kesadaran akan pentingnya melindungi data pribadi di era digital.
Keluarga Digital Savvy adalah keluarga yang tidak hanya memanfaatkan teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga memahami cara menggunakan teknologi tersebut dengan aman, bijak, dan efektif.
Talkshow ini sangat penting karena keluarga, sebagai unit terkecil dalam masyarakat, memiliki peran sentral dalam membangun kesadaran dan pemahaman akan pentingnya keamanan dalam transaksi digital.
Sementara itu Ernawan Andreastanto, mewakili Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, menjelaskan bahwa cakupan pelindungan konsumen Bank Indonesia mencakup konsumen dari penyelenggara yang diatur dan diawasi oleh Bank Indonesia, terutama dalam bidang sistem pembayaran, Kegiatan Layanan Uang (KLU), serta pihak yang beroperasi di pasar uang dan valuta asing. Salah satu strategi kebijakan Pelindungan Konsumen Bank Indonesia untuk menyiapkan dan memastikan konsumen Indonesia menjadi cerdas dan berdaya adalah melalui kegiatan edukasi dan literasi konsumen.
Pelindungan Konsumen Bank Indonesia memiliki slogan PeKA, yang merupakan singkatan dari Peduli, Kenali, dan Adukan. Slogan ini diluncurkan oleh Bank Indonesia untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman konsumen Indonesia mengenai produk dan layanan keuangan.
“Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali juga memiliki program pelindungan konsumen yang disebut “Eling Raga”. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat Bali bahwa kewaspadaan dalam bertransaksi dimulai dari diri sendiri,” katanya.
Sedangkan Budi Primawan, Wakil Ketua Umum idEA, menyampaikan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan transaksi di e-commerce Indonesia, dengan alat pembayaran yang dominan digunakan oleh konsumen adalah e-wallet.
Dalam menghadapi tantangan sistem pembayaran digital, idEA telah mengambil langkah-langkah pengamanan, seperti mewajibkan penyelenggara memiliki sistem dan aplikasi yang baik, selalu mengingatkan konsumen atau pengguna e-commerce untuk memperbarui sistem mereka guna mencegah pelanggaran keamanan atau penipuan, serta melakukan verifikasi terhadap penjual yang bergabung dalam e-commerce.
Selain itu, idEA juga mewajibkan semua e-commerce untuk menyediakan kontak pengaduan, baik di dalam aplikasi maupun melalui pusat layanan. idEA juga terus berkoordinasi dan berkolaborasi dengan penyelenggara, pemerintah, serta regulator dalam memperkuat pemberdayaan konsumen di Indonesia.
Dari sisi konsumen, Cici Panda berbagi tips sebagai orang tua dan anak dalam memberikan pemahaman kepada keluarga tentang pentingnya menjaga keamanan data. Ia juga membagikan pengalamannya sebagai korban penipuan melalui link undangan online (malware). Dengan edukasi yang tepat, kita dapat membentuk keluarga digital savvy yang mampu dan berdaya untuk bertransaksi di era digital.
Antusiasme peserta menunjukkan bahwa topik ini sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari, terutama bagi keluarga yang aktif bertransaksi digital. Diharapkan, talkshow ini dapat mendorong peningkatan literasi digital bagi keluarga di Indonesia, khususnya di Provinsi Bali, agar konsumen di Bali semakin PeKA, Cerdas, dan Berdaya. (red)