DENPASAR (terasbalinews.com). Dilantiknya Staf Khusus Mendagri Bidang Keamanan dan Hukum Sang Made Mahendra Jaya, oleh Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, Selasa (5/9/2023) selaku Penjabat Gubernur Bali untuk mengisi kekosongan jabatan Gubernur Bali dan Wakil Gubernur Bali periode 2018 – 2023 Wayan Koster dan Tjok Oka Sukawati pada tanggal 5 September 2023, disambut baik Rektor Universitas Dwijendra, Prof. Gede Sedana.M.Sc., M.MA.
Prof. Sedana berharap dengan kehadiran Penjabat Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya, mampu melanjutkan kebijakan Gubernur sebelumnya yang berorientasi pada adat dan budaya Bali, sehingga dalam kurun waktu satu tahun kedepan minimal harus ada “greget”.
“Kalau pak Koster sudah baik, pak Mahendra harus lebih baik lagi. Apalagi setahu saya semua draft program pak Koster masuk di meja pak Mahendra,” ucapnya, Selasa (5/9/2023).
Bahkan Perda terakhir terkait kutipan bagi wisatawan juga diketahui yang bersangkutan. Justru hal itu sangat diapresiasi, lantaran bisa menambah pundi-pundi pendapatan daerah.Jadi menurut Prof. Sedana ada banyak program-program dari Gubernur sebelumnya yang bisa dilanjutkan/diadopsi, terutama yang berbasis budaya.
“Cuma sekarang harus diterjemahkan lagi, yang mana basis budaya itu. Apakah basis budaya itu dengan memberdayakan desa adat saja atau kita menggali nilai-nilai budaya sebagai roh dalam membangun,” katanya.
Menurutnya keberadaan desa adat sangat penting, sebagai benteng. akan tetapi jangan hanya berorientasi pada desa adatnya saja, karena ditengah perkembangan pariwisata yang sangat ketat dibarengi masuknya budaya dari luar, perlu kiranya ada filterisasi.
“Filterisasi tak lain untuk menyaring budaya dari luar seiring datangnya wisatawan ke Bali. Sehingga kita yakini budaya lokal kita kuat dalam menangkal derasnya budaya asing,” imbuhnya. Ia menepis anggapan masuknya budaya asing akan melemahkan budaya lokal, justru hal ini tambah memperkuat budaya lokal Bali.
“Kita lihat didaerah tujuan wisata seperti Seminyak, Ubud, Kuta dan sanur, meskipun banyak wisatawan yang datang tak menggerus budaya lokal, justru kegiatan-kegiatan adat budaya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan,” terangnya. Sembari menyampaikan, budaya itu banyak ragamnya, ada dalam bentuk seni, tapi ada juga budaya yang memperkuat hubungan antar manusianya.
“Jadi budaya inilah yang harus ditata agar demokrasinya tidak hilang,” tukasnya.
Prof Sedana menyebutkan, kira-kira itulah potret yang bisa menjadi bekal bagi penjabat Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya dalam mengemban tugasnya setahun kedepan. (yak)