DENPASAR (terasbalinews.com). Gubernur Bali, Wayan Koster menyangkal jika dikatakan proyek jalan tol Gilimanuk–Mengwi dicoret dari daftar Program Strategis Nasional (PSN). Gubenur Koster mengutarakan, tetap berstatus Proyek Strategis Nasional (PSN) dan akan terus dilanjutkan. Penegasan ini disampaikan Gubernur Koster didampingi Wakil Gubernur Bali, I Nyoman Giri Prasta, saat menghadiri Halal Bihalal MUI Provinsi Bali di Hotel Harris, Denpasar, Sabtu (19/4/2025). Acara yang berlangsung dalam suasana hangat mengusung tema “Silaturahmi dan Kolaborasi Mewujudkan Nangun Sat Kerthi Loka Bali.”
“Saya sudah bertemu Menteri PUPR dan jajarannya. Tol Gilimanuk–Mengwi masih PSN,” katanya.
Gubernur Koster menambahkan, proyek tol sepanjang 96 kilometer itu juga masih tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), sehingga keberlanjutannya bisa dikatakan dijamin secara nasional.
Menurut Gubernur Koster, pendanaan proyek akan menggunakan skema kerja sama pemerintah serta melibatkan pihak swasta (KPBU). Pemerintah akan menanggung pembebasan lahan, sementara konstruksi akan dilakukan oleh investor.
“Pembebasan lahan ditanggung penuh oleh pemerintah, dan pembangunan fisik oleh pihak swasta,” ujarnya.
Meski demikian Investor dikabarkan berminat kuat untuk membiayai fase 1 dan 3, sedangkan fase 2 direncanakan akan dibiayai pemerintah pusat. Tol Gilimanuk–Mengwi akan dibangun dalam tiga fase: Fase 1, Gilimanuk-Pekutatan; Fase 2, Pekutatan-Soka; Fase 3, Soka-Mengwi
“Dirjen PUPR menyatakan siap membangun fase 2 dengan nilai sekitar Rp5 hingga Rp6 triliun. Pembebasan lahannya hampir Rp4 triliun,” ungkapnya.
Proyek tol ini diharapkan menjadi solusi peningkatan konektivitas antara Bali barat dan selatan, sekaligus mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan sektor pariwisata, khususnya di kawasan Jembrana dan sekitarnya.
“Nangun Sat Kerthi Loka Bali”
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Koster juga menegaskan kembali pentingnya visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” sebagai dasar pembangunan di Bali. Visi ini, menurutnya, bukanlah konsep keagamaan, melainkan pendekatan budaya untuk menjaga keharmonisan alam, manusia, dan peradaban Bali.
“Konsep ini mengajarkan kita untuk memuliakan alam, manusia, dan seluruh ciptaan Tuhan tanpa membeda-bedakan suku atau agama,” ujar Gubernur Koster.
Ia mengajak masyarakat menjaga kelestarian Bali secara bersama-sama. “Kalau Bali rusak, kita semua yang rugi. Bali ini bukan hanya milik kita, tapi milik Indonesia dan dunia,” tegasnya.
Koster juga mengingatkan pentingnya toleransi antarumat beragama sebagai fondasi kehidupan yang damai dan harmonis di Bali. (wie)