GIANYAR – Seni, budaya dan tradisi menjadi bagian dari masyarakat Indonesia yang dilestarikan dan dikemas dalam bentuk seni musik, seni tari, seni rupa maupun seni pertunjukan
Dalam rangka mendorong milenial/pengunjung Taman Nusa untuk tetap mengaktifasi dan melestarikan seni, budaya dan tradisi maka penguatan pegelolaan obyek wisata budaya dalam pemajuan kebudayaan menyasar komunitas musik ethnic, indie band dan penggiat kuliner tradisional untuk diangkat, dikenal dan diketahui masyarakat luas.
“Kegiatan “Anjangsana” dibuka pada Minggu 2 Desember 2018 yang merupakan kegiatan rutin setiap Weekend pada jam 5 sore – 7 malam. Menampilkan 10 band musik ethnic dan Indie yang akan melantunkan lagu karya terbaik mereka serta lagu lagu Nusantara sambil menikmati keindahan alam, teras sering di atas sungai melangit. Pengunjung diberikan gratis masuk area Anjangsana,” GM Taman Nusa, I Nyoman Murjana dari Gianyar, Minggu (2/12/2018).
Kegiatan “Anjangsana” ini bertujuan sebagai sarana untuk mengangkat sekaligus meningkatkan potensi seni dari komunitas seni serta sekolah sekolah di Bali.
“Setiap daerah di Indonesia menyimpan keunikan tersendiri, seperti bahasa daerah, pakaian adat, makanan khas, maupun tradisi. Dan saat ini masih tentang Papua, Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Papua memiliki salah satu bentuk cara masak, sebuah tradisi masak yang sangat unik yaitu Bakar Batu.
Ini merupakan cara masak tradisional yang sangat papuler di kehidupan sehari-hari masyarakat Papua. Tujuannya ialah untuk menunjukkan rasa syukur, menyambut kebahagiaan atas kelahiran, kematian, serta sebagai bentuk kebersamaan. Dan tentunya pengunjung anjangsana akan berdiskusi langsung sama teman-teman kita dari Papua. Sebuah pengalaman yang sangat menarik dan mengesankan bisa menyaksikan proses Bakar Batu langsung di Anjangsana Taman Nusa. Pada panggung Anjangsa selain musik ethnic dan Band Indie akan ditampilkan Tari Tubuh Papua/Papua Body.
Alam adalah tubuhku dan jiwa adalah alamku. Sungai, sampan dan sagu merupakan satu kesatuan yang tidak bisa lepas dari kehidupanku, kemana arah kaki berpijak Dunia terasa sempit dengan tidak merasakannya, aku membutuhkannya sebagai lambang Kemakmuran dan Kesuksesaan. Tubuhku masih bergetar dengan sendirinya. Simbol dari Keperacayaan ku adalah Kekuatan Kehidupan, kekuatan Tubuh dan Kekuatan Jiwa.
Tulang dan Darah adalah satu dalam tubuh yang melekat pada Dunia ini. Diinginkan atau tidak aku akan tetap sampaikan kepada mereka di Negeri ini, bahwa aku memiliki harapan untuk bangkit.
Tulang dan darah menembus pilu untuk keluar mengatakan sesuatu kepada Dia, kepada Mereka dan kepada Semua orang bahwa tubuhku adalah tubuh suku Kamoro yang tidak akan pernah habis dan selalu akan ada untuk menyinari cakrawalah ini.
*Karya Alfo Smith – Seniman Taman Nusa
Sambil menyaksikan seni musik dan pertunjukkan serta tradisi bakar batu, tidaklah lengkap kalau belum mencoba kuliner tradisional yang disajikan pada pondokan pondokan kuliner dengan harga yang sangat terjangkau mulai dari penganan, jajan pasar, aneka gorengan, bakso, sate ayam, aneka kerupuk, keripik, rujak, nasi jingo serta minuman segar dan minuman tradisional yang menyertai pengunjung untuk beranjangsana. Kedepannya akan dilakukan kerjasama kemitraan dengan penggiat kuliner khas nusantara serta kerajinan tradisional di Bali
“Kami sangat berterimakasih kepada Prog World, Komunitas Seni dan Fans, Media, Praktisi Pariwisata dan Budaya, Pemerintah, Pihak Keamanan serta rekanan sales Taman Nusa seperti travel agent, freelance, tourist information, hotel dan villa atas dukungannya sehingga event Ajangsana Taman Nusa lancar dan sukses,” sebut Murjana.
Selain terkenal dengan objek wisata alamnya, Bali juga terkenal dengan wisata budayanya. Seni musik, seni tari dan tradisi menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke pulau Bali. Keberadaan Taman Nusa sebagai Taman Wisata Budaya Indonesia semakin menambah kekayaan khasanah pariwisata di Bali dan semakin mengukuhkan Bali sebagai salah satu daerah tujuan pariwisata Internasional. (Rls/red)