DENPASAR (terasbalinew.com). Sebagai pengurus dan pelaksana seni Gong Kebyar yang tampil dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) XLV, I Wayan Muliyadi, S.Sn., M.Sn., menyampaikan bahwa pada kesempatan ini, Badung mempersembahkan pertunjukan Gong Kebyar dewasa 2, Gong Kebyar anak-anak 2, dan Gong Kebyar wanita 2, namun ada satu pertunjukan yang dilakukan bersama-sama. Dari sanggar/sekehe untuk anak-anak, Sanggar Guntur Madu, yang mewakili Kecamatan Petang, Badung, tampil dalam pertunjukan tersebut.
“Jadi, karya-karya yang ditampilkan merupakan karya baru hasil kreasi seniman Badung. Temanya pun disesuaikan dengan PKB kali ini,” ujarnya, Kamis (29/6/2023) malam. Keberhasilan pertunjukan ini tak terlepas dari dukungan masyarakat Badung, Listibiya Kabupaten Badung, Pemerintah Kabupaten Badung, dan pihak terkait lainnya.
Sementara itu, salah satu konseptor dan narator untuk penampilan Gong Kebyar Kabupaten Badung, I Gusti Made Dharma Putra atau yang akrab disapa Gus Ade, menyatakan bahwa kolaborasi dalam penampilan Gong Kebyar kali ini merupakan hal yang menarik dan menjadi tantangan bagi seniman-seniman di Kabupaten Badung. Mereka harus mengemas karya kolaborasi dalam tiga pertunjukan besar yang singkat, padat, dan tetap mengandung pesan yang ingin disampaikan.
“Kami mencoba menghasilkan karya yang berbeda dari biasanya, yaitu dengan tidak menggunakan cerita standar, melainkan kami mengambil tema besar esensi PKB tahun ini, yaitu Segara Kerthi,” katanya.
Dr. Anak Agung Gede Agung, yang juga merupakan kurator kebudayaan Kabupaten Badung, khususnya duta-duta yang mewakili Kabupaten Badung, mengungkapkan bahwa proses kolaborasi ketiga Gong Kebyar ini telah dimulai sejak bulan Februari.
“Saya sebagai seniman Badung sangat bangga dengan penampilan tim kebudayaan Kabupaten Badung yang tampil luar biasa dalam PKB kali ini,” ucapnya. Terlebih lagi, hadirnya generasi muda, seniman-seniman muda berbakat yang mampu menciptakan dan mengembangkan seni budaya.
Sebagai Pembina Gong Kebyar Anak-Anak “Sanggar Seni Guntur Madu” Duta Kabupaten Badung, I Gusti Ngurah Sedana Putra, S.Sn., menjelaskan bahwa penampilan Gong Kebyar anak-anak yang disertai oleh Tabuh Kreasi Taki Taki Tukik berhasil mencuri perhatian penonton. Terlebih lagi, tabuh kreasi ini terinspirasi dari awal kelahiran seekor penyu (tukik) yang unik.
“Binatang laut ini terlihat sangat unik dengan cara menetaskan telurnya yang dikubur di pasir di tepi pantai oleh induknya. Nantinya, saat seekor tukik menetas, secara alami binatang ini akan menuju bibir pantai dan masuk ke lautan lepas untuk memulai hidupnya,” jelasnya.
Adapun komposisi musik, tabuh kreasi yang dikombinasikan dengan apik oleh I Gusti Ngurah Alit Supariawan, S.Sn., M.Sn., I Putu Agus Mertayasa, S.Sn., dan I Made Ajus Pradifta Sedana, S.Sn., masih mengacu pada idiom-idiom musikalitas karawitan Bali yang dikembangkan sesuai dengan kreativitas para seniman yang mengalir secara alami seperti naluri seekor tukik.
Naluri atau insting merupakan pola perilaku dan reaksi alami makhluk hidup terhadap rangsangan tertentu yang tidak dipelajari dengan sengaja, melainkan merupakan perilaku alami yang ada sejak kelahiran dan melekat secara genetik.
“Taki Taki Tukik memiliki makna berjalan secara alami sesuai dengan kodrat yang ditentukan oleh sang pencipta,” tambahnya. (*/yak)