DENPASAR (terasbalinews.com). Dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-45, Rekasadana Kabupaten Badung tampil dengan menghadirkan kesenian klasik dalam bentuk rekonstruksi tari wali Sang Hyang Sengkrong dari Desa Adat Padang Luwih, Desa Dalung, Kuta Utara. Pagelaran ini berbeda karena dilakukan oleh kaum milenial. Biasanya, tari wali ini hanya dipentaskan saat kegiatan pujawali di desa adat setempat.
I Made Agus Adi Santika Yasa, pembina tari wali Sang Hyang Sengkrong, menjelaskan bahwa tari wali biasanya dilaksanakan saat pujawali purnama kapat. Sebelum direkonstruksi, yang dipentaskan hanyalah gelungan tari yang diletakkan di atas bokoran dan diturunkan saja.
“Namun kami, generasi muda di Padang Luwih, merekonstruksinya menjadi sebuah tari untuk menjaga kelangsungan budaya yang diwariskan oleh leluhur kami di Desa Adat Padang Luwih,” ujar I Made Agus Adi Santika Yasa. Pihaknya berharap generasi muda Bali tetap menjaga warisan leluhur dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya Bali meskipun dengan sentuhan kontemporer.
Nyoman Puspa Negara, Ketua Komunitas Seni Klasik di Jalan Raya Dalung, menjelaskan bahwa mereka mewakili duta Kabupaten Badung dalam Pesta Kesenian Bali ke-45 dengan menampilkan pementasan seni klasik Tari Wali Sang Hyang Sengkrong.
“Tari wali ini melambangkan kemakmuran dan menciptakan keharmonisan. Kami berharap generasi muda dari sanggar komunitas seni klasik dapat ikut melestarikan kesenian klasik dan terus bersemangat dalam berkarya,” ungkap Nyoman Puspa Negara.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa Desa Adat Padang Luwih terkenal dengan kehidupan agraris dan wilayahnya yang luas dan subur. Sesuai dengan namanya, Padang berarti daerah, sedangkan Luwih berarti subur. Pada masa kejayaan Kerajaan Mengwi, di Desa Adat Padang Luwih terdapat kesenian Tari Wali yang sangat unik, yaitu Tari Sang Hyang Sengkrong, yang biasanya dipentaskan saat musim kemarau panjang dengan tujuan memohon hujan.
Tari Sang Hyang Sengkrong merupakan simbol keberkahan dan kemakmuran yang menggambarkan Bhatara Sri dan saudaranya, Bhatara Sedana, turun dari khayangan ke bumi untuk memberikan berkah berupa kesuburan tanah dan kemakmuran umat.
“Dalam kesempatan ini, kami menyajikan pementasan kesenian klasik dengan konsep pengarjan untuk menyampaikan cerita tari wali Sang Hyang Sengkrong dan merekonstruksi tari wali yang telah ada sebelumnya di Desa Adat Padang Luwih,” tegasnya. (*/tbn)